GOWA (HidayatullahSulsel.or.id) – Rangkaian acara Musyawarah Daerah (Musda) Gabungan Hidayatullah zona Makassar sekitar yang melibatkan DPD Makassar, Gowa, Maros, dan Pangkep resmi ditutup pada Sabtu sore (20/12/2025).
Acara yang berlangsung di Kampus Pesantren Ashhabul Jannah Bollangi, Gowa ini ditutup dengan tausiyah singkat dari Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sulawesi Selatan, Dr. Muhammad Saleh Usman.
Dalam sambutan penutupnya, Dr. Saleh Usman menegaskan bahwa perjuangan dakwah dan organisasi tidak semata diukur dari capaian struktural atau program kerja, melainkan dari keteguhan iman, militansi perjuangan, serta keikhlasan niat dalam mengemban amanah.
Ia menyampaikan bahwa terdapat dua syarat mutlak bagi seseorang untuk meraih keselamatan di akhirat, yakni iman dan jihad, yang dimaknai sebagai kesungguhan total dalam menegakkan nilai-nilai Islam di setiap medan kehidupan.
“Iman tanpa jihad akan rapuh, dan jihad tanpa iman akan kehilangan arah,” ujarnya di hadapan peserta Musda.
Lebih lanjut, Ketua DPW menekankan pentingnya menjaga niat dalam setiap bentuk perjuangan. Ia mengingatkan bahwa keikhlasan merupakan fondasi utama diterimanya amal, sekaligus pembeda antara perjuangan yang bernilai ibadah dan yang sekadar aktivitas lahiriah.
Dalam konteks tersebut, Dr. Saleh Usman mengutip peringatan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam tentang tiga golongan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat, yakni mereka yang berjihad, orang alim, dan golongan aghniya (orang kaya).
Ketiganya, menurut hadits, justru tidak mendapatkan keselamatan karena amal yang dilakukan tidak dilandasi niat karena Allah SWT.
“Ini peringatan keras bagi kita semua. Amal besar, posisi penting, bahkan pengorbanan besar sekalipun tidak akan bernilai jika niatnya menyimpang,” tegasnya.
Ia menambahkan, terdapat dua hal yang menyebabkan seseorang tidak menikmati buah amalnya di akhirat, yaitu ketiadaan keikhlasan dan kezaliman terhadap sesama manusia. Oleh karena itu, setiap kader dan pengurus dituntut untuk menjaga kebersihan niat sekaligus sensitivitas sosial dalam menjalankan amanah organisasi.
Dalam konteks tersebut, Dr. Saleh Usman secara khusus mengingatkan para pemimpin yang baru ditetapkan dan dilantik agar mewaspadai potensi kezaliman dalam kepemimpinan. Menurutnya, kekuasaan dan kewenangan struktural sering kali menjadi pintu masuk bagi sikap tidak adil, baik yang disadari maupun tidak.
“Seorang pemimpin sangat rentan terhadap sikap zalim. Hati-hatilah dalam mengambil kebijakan. Jangan sampai ada kader atau anggota yang tersakiti karena keputusan yang tidak berdasar pada keadilan,” pesan Dr. Saleh.
Ia juga menegaskan bahwa kepemimpinan dalam organisasi dakwah harus dipahami sebagai amanah berat yang akan dipertanggungjawabkan, tidak hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah Ta’ala.
Menutup arahannya, Ketua DPW mengajak seluruh peserta Musda untuk memandang keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam Musda sebagai bagian dari rangkaian takdir Allah Ta’ala. Ia merujuk pada hadits sahih riwayat Bukhari yang menyebutkan bahwa seluruh ketetapan telah dicatat 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
Menurutnya, kesadaran akan takdir tersebut tidak boleh melahirkan sikap pasif, tetapi justru menumbuhkan tanggung jawab dan kesungguhan dalam menjalankan peran sejarah.
“Keputusan-keputusan yang kita tetapkan hari ini bukan peristiwa yang berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari rangkaian panjang catatan Allah sebelum bumi ini diciptakan,” ujarnya.
Dengan penutupan Musda Gabungan zona Makassar sekitar ini, seluruh rangkaian Musda di empat DPD dinyatakan selesai, mulai dari pembukaan, pembahasan agenda strategis, penetapan ketua dan struktur kepengurusan, hingga pengukuhan arah perjuangan organisasi ke depan.
Musda zona Makassar sekitar juga menjadi pembuka rangkaian Musda Hidayatullah se-Sulawesi Selatan, yang selanjutnya akan berlanjut ke zona selatan, zona Bosowa, zona Luwu Raya, dan ditutup dengan Musda zona Ajatappareng pada 26 Desember 2025.



