PAREPARE (HidayatullahSulsel.or.id) — Dalam pelaksanaan Daurah Marhalah Ula (DMU) yang digelar di Gedung Dakwah Hidayatullah Parepare, Jumat (25/7), salah satu materi yang menyita perhatian peserta adalah pembahasan mendalam tentang syahadat.
Materi ini disampaikan oleh Ustaz Ismail Mukhtar, anggota Dewan Murabbi Wilayah (DMW) Hidayatullah Sulsel, yang memberikan penekanan kuat pada pentingnya memahami dan mengaktualisasikan syahadat dalam kehidupan nyata.
Dalam pemaparannya, Ustaz Ismail menyampaikan bahwa syahadat bukan sekadar ucapan formal yang menandai masuknya seseorang ke dalam Islam, melainkan sebuah konsekuensi iman yang harus dijalani secara utuh dan konsisten.
Ia mengajak para peserta untuk menumbuhkan kesadaran akan proses kelahiran syahadat itu sendiri, dengan merujuk pada ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam.
“Mengamalkan Iqra’ bismirabbik adalah fondasi untuk menguatkan syahadat kita dalam setiap aspek kehidupan,” tegasnya.
Menurut beliau, perintah membaca dengan menyebut nama Tuhan bukan hanya ajakan literasi, tapi merupakan titik awal pembentukan pribadi muslim yang sadar akan tugas kekhalifahan dan tanggung jawab tauhid.
Ustaz Ismail menjelaskan, turunnya wahyu pertama dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1–5 membawa pesan fundamental tentang perubahan besar yang akan terjadi dalam sejarah umat manusia.
Beliau menggambarkan latar situasi saat itu, ketika masyarakat Arab berada dalam masa jahiliah, diliputi kegelapan moral dan spiritual, serta mengalami penyimpangan serius dari ajaran tauhid yang dibawa para nabi terdahulu. Dalam kondisi seperti itu, Allah mempersiapkan kehadiran seorang pemimpin umat—yakni Nabi Muhammad SAW—sebagai solusi atas berbagai krisis kemanusiaan yang tengah berlangsung.
Materi yang disampaikan Ustaz Ismail tidak hanya membangkitkan kesadaran bertauhid para peserta, tetapi juga menggugah komitmen mereka untuk menghadirkan syahadat dalam tindakan nyata, terutama dalam konteks dakwah dan kehidupan berjamaah.
Daurah ini juga sekaligus menjadi pengingat kuat bahwa titik awal kebangkitan peradaban Islam dimulai dari kesadaran spiritual dan intelektual terhadap wahyu pertama yang diturunkan, yang mengandung perintah eksplisit untuk membaca, memahami, dan berbuat atas dasar nama Tuhan.
Para peserta tampak antusias mengikuti pemaparan ini, yang disampaikan secara komunikatif dan bernas. Dengan pendekatan yang menekankan kesadaran ruhiyah dan tanggung jawab dakwah, sesi ini diharapkan menjadi bekal penting bagi kader-kader muda dalam menjalani amanah perjuangan di medan masing-masing.*/