“Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
(QS. Hud: 6)
Persoalan terbesar yang sering dihadapi para pejuang agama bukanlah kurangnya semangat, melainkan persoalan ekonomi, atau lebih tepatnya, soal rezeki.
Saya sendiri telah merasakan getir-manisnya hal itu. Dalam perjalanan hidup di Hidayatullah, saya pernah menjadi guru ngaji, penjual gorengan dan es teh di pondok, wartawan, hingga kini menekuni usaha telur asin. Semua itu bagian dari ikhtiar mencari rezeki, sambil menjaga niat agar tetap lurus di jalan dakwah.
Banyak di antara kita yang mungkin merasa tak sanggup melanjutkan perjuangan, karena rezekinya terasa sedikit. Ada masa ketika proposal tak kunjung diterima, usaha tersendat, atau gaji terasa tak cukup. Kita mulai bertanya dalam hati, “Mengapa rezeki seolah menjauh?” Kadang bahkan terlintas prasangka, “Apakah Allah tidak menyukai kita?”
Namun, wahyu menenangkan dengan lembut: rezeki tak pernah tersesat. Ia tahu ke mana harus datang, kapan harus tiba, dan dalam bentuk apa ia diberikan. Sebab rezeki bukan sekadar angka dalam rekening, melainkan juga ketenangan di dada, keberkahan di rumah, dan kesehatan yang menjaga langkah.
Dalam pandangan ekonomi syariah, rezeki adalah harmoni antara ikhtiar manusia dan ketetapan Ilahi. Kita diperintahkan bekerja keras dan menegakkan keadilan, namun hasil akhirnya tetap hak Allah. Ia tidak menilai dari besar kecilnya laba, tapi dari sucinya jalan dan niat.
Karena itu, orang yang bekerja dengan kejujuran sedang bertransaksi dengan barakah. Keuntungannya tak selalu terlihat, tapi selalu terasa.
Kadang rezeki datang lewat jalan yang tak kita sangka. Bukan dari bisnis besar, tapi dari sedekah kecil yang membuka pintu-pintu langit. Bukan dari proyek megah, tapi dari doa tulus seorang ibu.
Maka jangan menakar rezeki dengan logika dunia semata, karena ada logika langit yang bekerja di balik setiap angka.
Bagi seorang mukmin, bekerja bukan sekadar mencari penghasilan, melainkan menjalankan amanah. Setiap rupiah yang halal adalah bagian dari ibadah, dan setiap usaha yang jujur adalah bentuk sujud di dunia kerja.
Bulcen, 13 November 2025



