Friday, August 8, 2025
Google search engineGoogle search engine
HomeBeritaNasionalPeringati HAN 2025, Hidayatullah Serukan Penguatan Peran Keluarga dalam Perlindungan Anak

Peringati HAN 2025, Hidayatullah Serukan Penguatan Peran Keluarga dalam Perlindungan Anak

JAKARTA (HidayatullahSulsel.or.id) – Ketua Departemen Sosial Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Musliadi Raja, mengungkapkan bahwa momen peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap 23 Juli, merupakan waktu yang sangat strategis untuk mengevaluasi kembali komitmen bersama dalam memenuhi hak-hak anak. Hal ini menjadi bagian penting dalam upaya membangun keberlanjutan bangsa secara menyeluruh.

Berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan budaya masih menyelimuti kondisi anak-anak di Indonesia. Berbagai persoalan seperti kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi secara ekonomi, hingga keterbatasan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan masih menjadi persoalan krusial yang belum terselesaikan.

Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, terdapat lebih dari 2.057 laporan pelanggaran terhadap hak anak. Laporan-laporan tersebut meliputi kekerasan seksual, kekerasan fisik, penelantaran, dan perundungan yang terjadi di lingkungan pendidikan. KPAI juga mencatat kenaikan jumlah anak-anak yang terlibat dalam pekerjaan, khususnya di kawasan urban dan wilayah penyangga kota besar.

Musliadi menjelaskan bahwa situasi tersebut diperparah oleh masifnya penggunaan teknologi digital di kalangan anak-anak tanpa pengawasan yang memadai dari orang tua. Mengutip laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika, anak-anak berusia 10–17 tahun merupakan kelompok pengguna internet terbesar kedua di Indonesia, dan sangat rentan terhadap paparan konten-konten yang mengandung unsur pornografi, kekerasan, maupun penipuan daring.

“Karena itulah, Hidayatullah memandang bahwa peringatan HAN tidak sekadar seremonial, tetapi harus menjadi alarm bersama untuk meneguhkan kembali peran semua pihak, terutama umat Islam, dalam mendidik dan menjaga generasi penerus bangsa,” jelas Musliadi dalam keterangannya, Kamis, 28 Muharram 1447 (24 Juli 2025), sebagaimana dikutip dari Hidayatullah.or.id.

Ia menekankan bahwa upaya perlindungan anak tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai agama. Dalam Islam, kata Musliadi, anak bukan hanya objek kasih sayang, melainkan subjek utama dalam pendidikan akhlak dan penjagaan iman.

Musliadi yang juga menjabat sebagai Direktur Sahabat Anak Indonesia (SAI), menegaskan bahwa Hidayatullah melalui lembaga-lembaga pendidikannya seperti Sekolah Integral Hidayatullah dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), telah mengembangkan pendekatan pendidikan berbasis tauhid. Pendekatan ini berupaya menyinergikan peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membentuk karakter anak yang kuat.

“Berbagai problematika anak tidak bisa dilepaskan dari krisis keluarga serta lemahnya kontrol sosial yang berbasis nilai agama. Maka solusi utamanya adalah menghidupkan kembali fungsi keluarga sebagai madrasah utama dalam kehidupan anak,” tambah Musliadi.

Lebih lanjut, Hidayatullah juga mengajak negara agar lebih melibatkan ormas Islam dan institusi keagamaan dalam menyusun kebijakan pendidikan dan pengasuhan anak. Menurutnya, perlindungan anak harus dijalankan dalam kerangka maqashid syariah yang melindungi agama, akal, jiwa, dan keturunan.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, Hidayatullah menggagas lahirnya sebuah gerakan nasional perlindungan anak berbasis nilai-nilai Islam. Gerakan ini akan meliputi pembinaan intensif bagi keluarga muda, pelatihan guru dan dai yang ramah anak, serta kampanye literasi digital yang bertujuan menekan dampak negatif digitalisasi terhadap anak-anak.

Program ini, kata Musliadi, juga menjadi kontribusi nyata Hidayatullah dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan keempat tentang pendidikan berkualitas dan tujuan keenam belas tentang keadilan dan lembaga yang inklusif.

Di akhir pernyataannya, Musliadi menyampaikan bahwa peringatan Hari Anak Nasional tahun ini harus menjadi panggilan kesadaran moral bagi umat Islam untuk menempatkan anak-anak pada posisi strategis dalam agenda kebangkitan peradaban Islam.

“Anak-anak bukan hanya target kebijakan negara, tetapi calon pemimpin masa depan yang harus disiapkan dengan nilai iman, ilmu, dan tanggung jawab sosial. Sebagaimana firman Allah dalam QS At-Tahrim ayat 6: ‘Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…’ maka melindungi anak bukan hanya kewajiban negara, tetapi juga ibadah kolektif umat Islam,” pungkasnya.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_imgspot_img

Terbaru lainnya

Recent Comments