JENEPONTO (HidayatullahSulsel.or.id) — Lahan seluas 0,6 hektar di Pesantren Tahfizh Cilik Auladi Hidayatullah Jeneponto kini menjadi bukti bahwa pengelolaan dana zakat yang tepat sasaran mampu mewujudkan ketahanan pangan pesantren. Program yang digagas oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Sulawesi Selatan ini menjadi bagian dari langkah nyata mendukung kemandirian umat di bidang pangan, sebagaimana dikutip dari bmh.or.id.
Sinergi ini juga menjadi bagian dari spirit Semarak Munas VI Hidayatullah yang mengangkat isu penting seperti penguatan eco-dakwah dan pengembangan kemandirian ekonomi umat berbasis pesantren, dalam bentuk Gerakan Ekonomi Hijau.
Dengan dua kali panen dalam setahun, sawah pesantren tersebut berhasil menghasilkan 2,5 ton gabah. Tak hanya menjadi sumber pangan internal, hasil ini juga mengajarkan kemandirian kepada para santri.
“Sumur bor bantuan BMH menjadi kunci kesuksesan kami,” ungkap Ustadz Basri, salah satu pengurus BMH Sulsel.
Sumur tersebut bukan hanya melayani kebutuhan sanitasi 248 santri, tapi juga menjadi sumber pengairan sawah yang menyumbang sekitar 30% dari total kebutuhan pangan harian pesantren.
Program ini membentuk ekosistem pendidikan pesantren yang lebih utuh. Para santri tidak hanya menghafal Al-Qur’an, namun juga terlibat langsung dalam praktik pertanian, mendekatkan mereka pada alam, serta mengasah kesadaran terhadap pentingnya ketahanan pangan berbasis lokal.

Kepala Divisi Program dan Pemberdayaan (Prodaya) BMH Sulawesi Selatan, Ustadz Basori, turut menyampaikan apresiasinya terhadap capaian ini.
“Ini membuktikan bahwa pendekatan holistik dalam pengelolaan zakat sangat efektif. Kami tidak hanya memberi bantuan, tapi membangun kemandirian,” ujarnya pada 23 Juli 2025.
Basori menegaskan, keberhasilan ini menjadi contoh konkret bahwa zakat bisa menjadi solusi jangka panjang bila dikelola secara progresif.
“Inilah ketahanan pangan sesungguhnya, yang lahir dari sinergi kebaikan donatur dan semangat kerja keras santri,” pungkasnya.
Dengan dukungan program seperti ini, pesantren bukan sekadar tempat belajar agama, tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat dan agen perubahan yang strategis dalam pembangunan umat berkelanjutan.*/