Friday, August 8, 2025
Google search engineGoogle search engine
HomeBeritaFounder ATT: Ini Terobosan Strategis dan Investasi Jangka Panjang untuk Kaderisasi Guru...

Founder ATT: Ini Terobosan Strategis dan Investasi Jangka Panjang untuk Kaderisasi Guru Qur’an

BULUKUMBA (HidayatullahSulsel.or.id) — Peluncuran Akademi Tahsin dan Tajwid (ATT) Al-Jazi di Kampus Putri Hidayatullah Bulukumba, Sabtu (26/07/2025), mendapat apresiasi langsung dari pendirinya, Ustadz Ahmad Jaaze, S.Pd.I., M.Pd. Menurutnya, kehadiran ATT di Hidayatullah Bulukumba bukan sekadar perluasan program, melainkan tonggak penting dalam gerakan kaderisasi guru Al-Qur’an di Indonesia Timur.

“Saya ucapkan selamat atas peluncuran ini. Mudah-mudahan ini adalah awal yang baik untuk mengkader guru-guru Qur’an yang profesional, berlisensi, dan bersanad,” ujar Ustadz Jaaze saat dihubungi secara terpisah oleh redaksi.

Ia menilai, selama ini masih banyak pesantren dan lembaga Islam yang mengalami kesulitan mencari tenaga pengajar Qur’an yang mumpuni dan memiliki legalitas kompetensi yang diakui.

“Kalaupun dapat guru Qur’an yang profesional dan bersanad, biayanya tinggi. Nah, dengan adanya program ATT di Bulukumba ini, menurut saya ini adalah terobosan luar biasa,” tambahnya.

Ia juga menyoroti peran Yayasan Al-A’raaf yang dinilai berani berinvestasi di bidang pendidikan Qur’an yang serius dan jangka panjang.

“Setahun ini yayasan akan berinvestasi membiayai program dan trainer, tapi insya Allah setahun ke depan akan memetik hasil. Empat belas santri ini akan jadi trainer internal. Ini langkah mandiri, sistemik, dan bisa berjalan dengan biaya minimal karena dilatih oleh lulusan sendiri. Sebuah kaderisasi berkelanjutan,” ungkapnya.

ATT: Merintis Jalan Guru Qur’an Berkualitas

ATT Al-Jazi sendiri merupakan program kaderisasi guru Al-Qur’an yang dirancang oleh Ustadz Ahmad Jaaze, lewat pengalaman dan perenungan panjang. Alumnus STIBA Ar-Raayah Sukabumi tersebut merupkan pemegang sanad Qira’ah Sab’ah dari Syaikh Dr. Shalih Musa Djibo.

Program ini berdurasi satu tahun, terdiri dari enam bulan pendidikan intensif dan enam bulan praktik lapangan, serta melewati lima tahap evaluasi berjenjang dan ketat.

Peserta yang lulus akan mendapatkan ijazah syahadah sesuai capaian mereka. Tiga jenis syahadah yang disediakan antara lain, pertama, Syahadah Ta’allumil Qur’an yang sebagai bukti kelulusan program pendidikan.

Kedua, yaitu Syahadah Ta’limil Qur’an yang didapatkan peserta sebagai lisensi resmi menjadi trainer atau pengajar Al-Qur’an. Dan ketiga, Syahadah Sanad Qira’ah yang merupakan pengakuan resmi atas sanad bacaan Al-Qur’an yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ.

Tidak semua peserta otomatis mendapat ketiga syahadah tersebut, karena penilaian dilakukan secara ketat dan independen oleh tim evaluator, serta ujian akhir oleh Founder secara langsung.

“ATT bukan sekadar program pendidikan. Ini adalah sistem kaderisasi yang mengintegrasikan standar keilmuan, keotentikan sanad, dan kemampuan praktik nyata di lapangan,” tegas Ustadz Ahmad.

Dari Patohoni Menyebar ke Nusantara

ATT pertama kali dirintis di Pesantren Darul Istiqamah Patohoni, Sinjai, yang kini dikenal sebagai “Kampung Tahsin”. Dari sanalah, sekitar 500-an trainer Qur’an profesional telah dilahirkan dan tersebar ke berbagai lembaga mitra. Mereka tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pembina kaderisasi di daerahnya masing-masing.

Hingga saat ini, ATT telah bermitra dengan lebih dari 30 pesantren dan lembaga pendidikan di seluruh Indonesia, membangun jaringan kaderisasi yang saling menduplikasi. Dengan masuknya Hidayatullah Bulukumba dalam jaringan ini, Ustadz Ahmad Jaaze berharap akan menjadi salah satu produsen guru Qur’an, khususnya di internal Hidayatullah.

“Pondok ini ke depan bisa menjadi pusat rujukan. Kalau pesantren lain butuh guru Qur’an, mereka akan cari ke Hidayatullah Bulukumba,” ungkapnya.

Kehadiran ATT juga menandai pergeseran penting dalam pendekatan pelatihan Qur’an. Alih-alih bersifat jangka pendek atau instan, ATT menekankan pada manhaj pendidikan yang sistemik, berbasis sanad, dan berorientasi pada regenerasi.

Di Bulukumba, 14 santri putri peserta angkatan pertama saat ini sedang memulai proses pendidikan intensif. Mereka berasal dari kalangan yatim, dhuafa, dan kader da’i yang telah diseleksi secara ketat oleh Yayasan Al-A’raaf. Selama program berjalan, mereka akan dibimbing oleh dua trainer utama: Nurul Azkiah (asal Bulukumba) dan Mujahidah (asal Gorontalo), keduanya alumni Pesantren Patohoni.

Peluncuran ATT di Hidayatullah Bulukumba bisa menjadi pengingat bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah yang senyap. Dari ruang belajar sederhana, dengan mimpi besar, dan semangat tulus untuk menjaga Al-Qur’an tetap hidup di tengah umat.

(Redaksi HidayatullahSulsel.or.id | Reporter: Cakdul)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_imgspot_img

Terbaru lainnya

Recent Comments