Kamis malam mendatang (20 Maret 2025), kita akan memasuki malam ke-21 Ramadhan 1446 H. Ini adalah babak akhir yang krusial dari perjalanan Ramadhan kita—10 hari terakhir yang penuh berkah. Ibarat kompetisi, inilah fase puncak untuk meraih kemenangan tertinggi: Lailatul Qadr.
Mengapa 10 Hari Terakhir Begitu Istimewa?
Al-Hafidz Ibnu Rajab (w. 1393 H) mengingatkan:
“Wahai para hamba Allah, bulan Ramadhan telah bersiap untuk pergi, dan hanya tersisa sedikit waktunya. Siapa yang telah berbuat baik, sempurnakanlah. Siapa yang lalai, tutuplah dengan kebaikan.”
Rasulullah ﷺ memberikan teladan nyata dalam menyambut fase ini. Beliau meningkatkan kesungguhan ibadah, mengisi malam dengan taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah, dan membangkitkan semangat keluarga.
Teladan Nabi di 10 Hari Terakhir
Diriwayatkan oleh Aisyah RA:
“Nabi ﷺ bersungguh-sungguh di sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu lain.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain:
“Jika memasuki sepuluh hari terakhir, beliau mengencangkan ikat pinggang (simbol keseriusan), menghidupkan malam dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ibnu Hajar Al-Asqalani (w. 1449 H) menjelaskan, “menghidupkan malam” berarti mengisinya dengan ketaatan seperti shalat malam, tilawah, dan dzikir. Imam An-Nawawi (w. 1277 H) menambahkan, inilah momentum untuk memperbanyak amalan sunnah.
Lailatul Qadr: Malam yang Lebih Baik dari 1000 Bulan
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menghidupkan Lailatul Qadr dengan iman dan mengharap pahala, dosa-dosanya yang lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari-Muslim)
Malam ini tidak ditemukan di pusat perbelanjaan atau keramaian, tetapi dalam keheningan ibadah: qiyamullail, munajat, dan refleksi spiritual. Waktunya singkat—dari usai Isya hingga terbit fajar.
Kapan Mencarinya?
Nabi ﷺ memberi petunjuk:
“Carilah di malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Keutamaan yang Tak Tertandingi
Ibnu Jarir Ath-Thabari (w. 224 H) mengisahkan:
“Seorang ahli ibadah dari Bani Israil berjihad siang-malam selama 1000 bulan. Namun, ibadah satu malam Lailatul Qadr melebihi itu semua.” (Tafsir Ath-Thabari)
Imam Al-Qurthubi (w. 1273 H) menegaskan:
“Ibadah satu malam ini lebih mulia daripada kekuasaan Nabi Sulaiman dan Dzulkarnain yang berlangsung 1000 bulan.”
Refleksi Akhir: Semangat Menuju Garis Finish
Ibnul Jauzi (w. 1201 H) memberikan analogi menggugah:
“Kuda pacu akan memacu seluruh tenaga saat mendekati garis akhir. Jangan sampai kuda lebih cerdas darimu! Amalan dinilai di akhirnya. Jika awalmu kurang, sempurnakanlah di penutupan.”
Doa Penutup
Semoga Allah ﷻ memberi taufik untuk memaksimalkan 10 hari terakhir ini. Mari pacu diri meraih kemenangan Ramadhan: Lailatul Qadr dan predikat takwa.
Disampaikan pada Kajian Fikih dan Ibadah Ramadhan untuk Guru-guru, 17 Maret 2025