Hidayatullahsulsel.or.id — Setiap pagi yang kita jalani sejatinya adalah anugerah besar dari Allah Subhanahu Wata’ala. Namun, tak sedikit dari kita yang lalai mensyukurinya. Demikian disampaikan Ustaz Dr. Ir. Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, M.Si dalam halaqah Subuh rutin di Halaqah Umar Bin Khattab, Selasa (22/7/2025) bertepatan 25 Muharram 1447 H.
Mengangkat tema refleksi dari Surah Ibrahim ayat 34, Ustaz Aziz mengajak jamaah untuk menumbuhkan kesadaran syukur sejak membuka mata di pagi hari.
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah),” kutipnya dari ayat tersebut.
Menurutnya, ayat ini menjadi teguran lembut sekaligus peringatan bagi manusia yang kerap melupakan limpahan nikmat hanya karena terlalu sibuk meratapi apa yang belum dimiliki.
“Bangun pagi dalam keadaan masih bisa bernapas, jantung berdetak, otak bekerja, mata melihat — itu bukan hal biasa. Itu mukjizat hidup yang tak ternilai,” ujarnya.
Ustaz Aziz mengingatkan pentingnya memulai hari dengan doa bangun tidur yang diajarkan Nabi ﷺ:
“Alhamdulillahil ladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin nusyur” — “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami (sementara), dan hanya kepada-Nya kami akan kembali.”
Kalimat ini, jelasnya, bukan sekadar rutinitas lisan, tetapi merupakan deklarasi syukur atas kesempatan hidup yang Allah berikan kembali setelah tidur, yang hakikatnya adalah kematian sementara.
Ia juga mengajak untuk berhenti membandingkan hidup dengan orang lain, karena kecenderungan itulah yang sering membuat manusia merasa tidak cukup.
“Kalau kita renungi, betapa mahalnya biaya perawatan bagi pasien yang sulit bernapas, terkena serangan jantung, atau stroke. Maka bisa bangun pagi dengan sehat dan langsung bisa bersujud adalah kekayaan luar biasa,” terangnya.
Ustaz Aziz menekankan, kekufuran terhadap nikmat bukan hanya saat menolak karunia secara terang-terangan, tetapi juga ketika manusia gagal menyadari dan mensyukuri hal-hal sederhana yang sebenarnya sangat bernilai.
“Banyak orang yang tidak bisa sujud pagi ini, entah karena sakit, kelalaian, atau telah kembali ke hadirat-Nya. Maka jika hari ini kita masih bisa sujud, itu nikmat yang melebihi seluruh harta dunia,” tegasnya.
Di akhir tausiyahnya, beliau mengajak para jamaah untuk menjadikan pagi sebagai momen kontemplatif. Mulailah hari dengan syukur, bukan keluhan. Dengan begitu, pikiran lebih jernih, langkah lebih ringan, dan hati lebih tenang.
“Mari belajar melihat luar biasanya hal-hal yang biasa. Sebab nikmat Allah sering kali tersembunyi dalam kesederhanaan yang tak kita sadari,” pungkasnya.
Halaqah Subuh merupakan salah satu forum pembinaan ruhiyah yang digelar rutin di lingkup di masjid-masjid Hidayatullah, dan menjadi bagian dari pembiasaan hidup islami berbasis masjid dan quran.*/
(Disalin dengan penyesuaian seperlunya dari hidayatullah.or.d)