Saturday, July 5, 2025
Google search engineGoogle search engine
HomeArtikelUmrahlah, Tak Perlu Menunggu Kaya

Umrahlah, Tak Perlu Menunggu Kaya

Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Sebagian besar masyarakat mungkin menganggap bahwa hanya orang kayalah yang bisa beribadah Umroh. Sangat beralasan, mengingat biaya Umroh sekarang sangat tinggi, sepertinya hanya orang kayalah yang bisa melaksanakannya.

Bahkan terdapat sekelompok orang kaya yang berumroh tidak hanya dia sendiri, ada yang bersama Isterinya dan kelurga besarnya. Ada juga yang berkemampuan lebih dan dermawan bisa mengumrohkan orang lain.

Termasuk bisa mengumrohkan orang berperan dalam bidang keagamaan, seperti Imam masjid, guru ngaji, aktivis dakwah serta siapa saja yang berperan banyak di masyarakat,

Sebagai orang yang diumrohkan oleh organisasi (DPP Hidayatullah), saya mungkin termasuk dalam kategori diumrohkan karena sebagai aktivis dakwah. Tentu sangat bersyukur mendapatkan kehormatan pergiliran hadiah Umroh tahun ini

Saat di tanah suci selain saya memfokuskan diri memaksimalkan beribadah, ketika bertemu dengan jama’ah dari tanah air selalu saya sempatkan mengobrol.

Di antara obrolan yang selalu saya tanyakan ke mereka adalah sesuatu yang sebenarnya agak sensitif. Seperti berapa biaya yang dia keluarkan ataukah siapa saja yang biayai perjalanan umrohnya, biaya sendiri atau dari orang lain.

Jawabannya cukup variatif, ada yang dengan biaya sandiri, bahkan ada beberapa yang mampu membiaya beberapa orang keluarga dan kerabat serta yang lainnya .

Tidak Mampu, Umrohlah

Yang menarik kita diskusikan di sini adalah bagaimana seseorang bisa umroh padahal dia bukan tergolong orang berkecukupan dari segi materi.

Rahasianya adalah berkat kesungguhannya dengan melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan mimpinya untuk bisa tawaf di Baitullah dan berziarah ke Masjid Nabawi.

Hal lain selain senantiasa berdoa kepada Allah kiranya segera dikabulkan untuk segera bisa Umroh.

Juga dengan upaya menyisihkan serta menabung setiap bulan atau tiap hari sedikit demi sedikit dari penghasilannya yang pas-pasan. Hingga saatnya dianggap cukup, lalu dia pun berangkat Umroh.

Ada pula karenai kapasitas keilmuan mampu membimbing dan mendampingi, jamaah umroh, sehingga dia mendapatkan amanah menjadi pembimbing atau petugas khusus jama’ah Umroh.

Ataukah karena mendapat hadiah Umroh dari muhsinin, dan dari tempat dia bekerja. Serta sebagai hadiah diberikan kepada aktivis dakwah, Imam masjid, guru ngaji, karyawan terbaik atau yang dianggap layak dan berhak mendapatkannya

Terdapat realitas paradiksal, dimana kadang terjadi bahwa Idealnya untuk berangkat Umroh itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dan itu tentunya hanya mampu dilakukan oleh yang berpenghasilan menengah ke atas.

Kenyataannya bukanlah persoalan kemampuan materilah sebagai faktor penentu. Umroh itu adalah persoalan takdir dan panggilan dari Allah. Diperuntukkannya kepada yang berkesadaran keimanan tentang urgensi dan keutamaan umroh itu.

Kesadaran bahwa umroh akan memposisikan menjadi manusia suci atas terhapusnya dosa-dosanya serta janji balasan surga baginya.

Sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: “Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349)

Disinilah peran ilmu yang akan mampu membangun kesadaran itu, baik kepada yang kaya ataupun yang miskin. Termasuk mampu memotivasi bagi yang berkemampuan materi menjadi orang terdepan menyambut panggilan Allah ke Baitullah.

Sebagaimana halnya bagi yang secara materi tidak sanggup, namun karena kesadaran ketauhidannya disertai dengan mujahadah dan munajah, mangundang takdirNya. Sehingga mendapatkan panggilan dari Allah Ta’ala untuk umrah ke Baitullah.

Umrohlah, nNscaya akan Kaya

Siapa berniat dan telah melaksanakan umroh niscaya dia akan dikayakan oleh Allah. Sebagaiman yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387)

Kaya dalam pengertian hadis di atas bukanlah orang yang memiliki harta dan uang yang banyak di bank, punya mobil mewah dan rumah mewah dan semacamnya.

Kaya yang dimaksud adalah bermentalitas dan sehat fikirannya. Berkemampuan mengelola hati dan jiwanya untuk tunduk dan patuh pada perintahNya dari mampu mengistighfarkan segala dosa-dosanya. Dialah berkeyakinan yang kuat bahwa Allah itu Maha Kaya.

Mentalitas dan kesehatan batin menjadikan Allah mengkayakannya, baik yang memang memiliki kekayaan atau pun yang miskin secara materi. Disebabkan hatinya pandai bersyukur dan merasa cukup apa yang dimilikinya.

Hal ini sesuai dengan yang didefinisikan oleh Rasulullah SAW tentang makna sebuah kekayaan. Sebagaimana terungkap dalam hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Kekayaan itu bukan soal keberlimpahan harta benda dunia, melainkan kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa”

Jiwanya kaya karena terus berdoa dan berprasangka baik pada Allah bahwa ketika saatnya Allah berkehendak memanggilnya ke Baitullah, maka tidak ada mampu menghalangiNya

Jiwanya kaya karena harta yang diamanahkan kepadanya baik banyak ataupun sedikit dia kelola dan dimanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Termasuk dslam hal ini adalah memprogramkanya untuk berangkat Umroh

Dan jiwanya kaya, karena ketika dia telah berazzam dirinya untuk meleburkan seluruh hidupnya didedikasikan hanya untuk kemaslahatan ummat dan untuk dinul Islam, Integritas perjuangannya niscaya akan diberi ganjaran tak terrhingga, termasuk dipanggil oleh Allah ke Baitullah.

Allah akan kayakan pula dengan kekayaan tak terhingga karena konsistensi dan kesabaranya dalam mengurus agamaNya (QS 72:10). Serta dihibahkannya segala waktunya hanya untuk kebermanfaatan umat tanpa mengharapkan sesuatu selain kepada Allah semata (QS.73;6)

Waallahu A’lam Bishshowaf. (*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments