Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel
HidayatullahSulsel.com — Manusia mahluk unik, memiliki naluri selalu ingin tahu. Dia memiliki keterbatasan, dan akalnya tidak mampu mengetahui segala sesuatunya.
Terdapat sebuah pertanyaan yang penting untuk selalu dimunculkaan, Siapa kita ?
Pertanyaan ini yang menggugah kesadaran berfikir kita tentang keberadaan kita sebagai manusia di permukaan bumi ini.
Hanya saja manusia itu makhluk yang pelupa, lupa bertanya pada diri sendiri, tentang siapa sesungguhnya dirinya.
Karena dari makna manusia itu sendiri dari kata al-insân adalah salah satu kata yang memiliki keterkaitan makna dengan kata nisyân yang secara harfiyah berarti lupa.
Hal tersebut berarti manusia tidaklah disebut dengan insân keculai bahwa dia adalah makhluk yang sangat pelupa;
Sifat manusia yang sangat pelupa juga sering terjadi terhadap hal mendasar dalam hidup dan kehidupan kita. Yakni tentang siapa dirinya sebagai manusia.
Untuk itu, Allah Ta’ala mengingatkan kita tentang siapa sesungguhnya kita. Sebagaimana pertanyaan Allah kepada hambanya ketika proses awal penciptaan kita sebagai manusia.
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِن
وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
“Allah mengambil persaksian atas jiwa mereka seraya bertanya kepada mereka (dengan firmanNya), Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (QS.AlAraf:172)
Menurut Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar mengatakaan, yang dimaksud dengan pertanyaan (Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksinya) Yakni kami bersaksi atas diri kami bahwa Engkau adalah benar-benar tuhan kami
Persaksian terhadap siapa Allah dan siapa kita, yang mengantar melahirkan kesadaran bertauhid Rububiyah. Adalah tauhid yang meng-Esakan Allah dalam tiga perkara yaitu sebagai penciptaan, penguasa, dan pengaturan alam ini.
Ayat di atas pun mengingatkan kita bahwa pada hakekatnya saat proses awal penciptaan manusia terikat perjanjian mulia dengan Allah.
Perjanjian tentang siapa Allah pencipta dan siapa kita sebenarnya sebagai manusia yang dicipta
Merujuk kepada sifat asli manusia yaitu sangat pelupa. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah termasuk lupa terhadap eksistensi Allah Ta’ala dalam pemahaman ke- Rububiahan-Nya
Lupa yang dapat menjadikan seseorang juga lupa pada dirinya sebagaimahluk yang dicipta. Sebagaimana dalam firmanNya
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْن
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik”.
Kita adalah Mahluk Lemah
Selain tentang ikrar ketuhanan dalam proses awal penciptaan manusia.(QS.7:172). Juga Allah ingatkan pada ayat lain secara sistimatis tentang proses penciptaan manusia. Secara panjang lebar dan gamblang digambarkan dalam QS.Almukmimin:12
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.” “Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) “Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”
Ayat ini menerangkan tentang proses penciptaan manusia yang sangat unik. Proses awal penciptaan manusia berasal dari saripati yang berasal dari tanah berubah menjadi air mani yang hina.
Dalam proses selanjutnya menjadi segumpal darah, segumpal daging, lalu dibungkus tulang dan menjadi janin. Lalu tumbuh kembang menjadi anak manusia, selanjutnya ditiupkanlah ruh. Semua proses itu tercipta dalam rahim ibu yang kokoh, yang disebut dengan alam rahim.
Gambaran proses penciptaan manusia.di ayat tersebut menunjukkan tentang siapa sesungguhnya diri kita. Betapa lemahnya kita sebagai manusia. Sehingga tidaklah pantas untuk berlaku angkuh, pongah dan sombong.
Kebanggaan apakah yang pantas disombongkan,?. Bukankah kita ini semua dan tak terkecuali tercipta dari air yang hina. Lalu kembali menjadi hina. Di saat dimana sebelumnya gagah dan cantik, lalu telah menjadi mayat yang tak bisa berbuat apa-apa.
Siapa kita? Kita adalah mahluk Allah yang pada akhir semua kehidupan ini berakhir dengan sebuah kematian.
Allah Ta’ala mengingatkan manusia tentang kepastian akan datangnya kematian dengan firmanNya di QS Ali Imran ayat 185 yang Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”
Ketika sudah menjadi mayat, tak seorang pun yang berani mendekati kita, walau keluarga terdekat dan yang lainnya Yang mencintai kita. Kebesaran nama dan status sosial pun pudar dan hilang. Kecuali amal dan jasa kita saat masih hidup. Itulah kita !
Wallahu A’lam Bishshowaf. (*)