Saturday, July 5, 2025
Google search engineGoogle search engine
HomeArtikelSemua Masalah Pasti Ada Solusinya (1)

Semua Masalah Pasti Ada Solusinya (1)

Oleh: Ust Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Sepanjang kita masih hidup di dunia ini seseorang tak akan luput dari masalah. Setiap kali kita berkeinginan pada sesuatu ataupun kita menargetkan sesuatu kadang tak tercapai.

Dan itu kerap terjadi dalam kehidupan keseharian kita. Sehingga kehidupan ini identik dengan masalah.

Masalah adalah kesenjangan atau gap antara idealitas, keinginan, harapan dengan realitas yang terjadi. Banyak sekali keinginan atau idealitas kita yang bukan sekadar anggapan tapi dengan analisa dan perhitungan tepat dipastikan akan terwujud, namun kenyataannya meleset dari target dan tujuan.

Ketika terjadi demikian apakah kita akan menganggap kita gagal, dan mempermasalahkan sumber masalah ataukah kita akan menganggapnya sebagai keberhasilan yang tertunda.

Agar kita bisa bijak menyikapi masalah berikut ini kiat atau tuntunan dalam menyikapi masalah dengan solusi yang tepat;

Pertama, masalah itu diselesaikan bukan untuk dipermasalahkan, janganlah kita mempermasalahkan masalah dengan masalah. Mungkin hanya dengan menjadikan sebagai topik pembicaraan, atau sebagai bahan gibah. Selesaikan masalah tanpa masalah (meminjam tagline Pegadaian).

Masalah diselesaikan dengan solusi ke sumber penyelesaian segala masalah, yakin mengadu kepada Allah “Musibah itu kecil jika dirahasiakan, membesar jika dikeluhkan, terurai jika diadukan kepada Allah, makin rumit jika diumbar pada manusia” (Ust.Salim Alfillah).

Tiap satu kesulitan selalu ada kemudahannya, “Karena, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS al-Insyirah: 5-6).

Kedua, masalah diselesaikan dengan pendekatan ketawaduan. Dalam penyelesaian masalah terdapat dua metode, metode iblis dan metode Al Alaq.

Metode iblis menggunakan pendekatan keakuan, anaa khairin minhum yang merasa dirinya lebih dari yang lainnya Sebagaimana digambarkan dalam QS.Al-A’raf;12

“Aku lebih baik dari pada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”

Kesombongan iblis rupanya adalah sebuah penyakit yang juga bisa menular kepada manusia. Bahkan, iblis secara aktif menularkannya kepada anak cucu Adam. Pernyataan dan sikap ana khairun minhum sekarang bahkan lebih banyak digunakan oleh manusia.

Sedangkan metode Al-Alaq, kesabaran kelemahan. Sebagaimana peristiwa turunnya wahyu pertama Al-Alaq: 2-5, dan Rasulullah SAW diperintahkan membancanya. Beliau hanya bisa mengatakan “maa anaa bi qaari” (saya tidak bisa membaca).

Kalimat di atas adalah kejujuran pengakuan atas ketidakmampuan membaca, sehingga Jibril pun membimbing dan menuntunnya memaca ayat tersebut.

Keakuan merasa lebih, padahal dirinya serba terbatas, adalah penghambat mendapat penyelasaian permasalahannya. Bahkan menutup mendapatkan bantuan pihak lain. Nampaknya mampu menyelesaikan permasalahannya, namun sesungguhnya selalu dalam kesulitan menyelesaikan masalah diri.

Adapun sifat senantiasa menyadari akan kelemahan dirinya dapat menjadi modal besar untuk terus belajar menyelesaikan masalah.(*/bersambung)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments