Saturday, July 5, 2025
Google search engineGoogle search engine
HomeArtikelMerdeka Meledakkan Potensi Kemajuan Bangsa

Merdeka Meledakkan Potensi Kemajuan Bangsa

Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Kemerdekaan adalah adalah rahmat dan karunia besar dari Allah kepada bangsa Indonesia. Sebagai warga negara yang baik wajib mensyukuri dalam peringatan kemerdekaan, baik dengan upacara bendera penuh hikmad ataupun keanekaragaman keunikan lomba hingga di kampung-kampung.

Hal tersebut sejalan diktem tentang kemerdekaan dalam pembukaan UUD 45 alinea 3, yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa.

Rahmat Allah dalam arti ‘campur tangan’ Allah lah sehingga kita bisa memperoleh kemerdekaan itu.

Mensyukuri kemerdekaan dalam perspektif kemerdekaan secara hakiki adalah memaknai kemerdekaan sebagai pelepasan belenggu yang mengekang diri secara individu dan kebangsaan untuk bebas berbuat sesuai apa yang dikehendaki.

Sebaliknya, perbudakan nafsu, baik secara individu maupun kebangsaan membuat dirinya tidak bisa berbuat bebas dalam berkarya dan berkreasi adalah ciri ketidakmerdekaan.

Kemerdekaan hakiki dalam perspektif Islam adalah melepaskan keterbelengguan ataupun perbudakan dari orang lain ataupun nafsunya, melepaskan diri dari memperturutkan hawa nafsunya kepada hanya menyembah kepada Allah. (QS.Yusuf:5).

Prinsip kemerdekaan hakiki adalah ketauhidan kepada Allah. Menempatkan dan melakukan segala aktivitas dan pengabdiaan dipersembahkan hanya kepada Allah dalam wujud memanfaatkan berbagai potensi sumber daya yang dimiliki untuk kemashlahatan dan kebermanfaatan umat, bangsa dan negara.

Sejatinya kemerdekaan dalam persfektif ketauhidan adalah kebahagiaan yang sepenuhnya. Bahagia menjadi hamba Allah, menunaikan hak Allah dan taat pada Allah dalam keimanan, berakhlak mulia, senang menolong serta memudahkan urusan orang lain.

Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin mengatakan “Menjadi hamba Allah adalah kemerdekaan yang hakiki, Barang siapa yang tidak menghamba kepada Allah, dia akan menjadi hamba kepada selain-Nya”. (Al-Majmu’ Al-Fatawa, 8: 306).

Siapapun sebagai warga negara Indonesia harus memiliki patriotisme yang bahagia menikmati kemerdekaan. Kalau para pejuang pahlawan dan syuhada tersenyum dipusaran nisannya karena telah berkorban darah dan jiwa untuk kemerdekaan bangsanya.

Maka kita sebagai generasi penerus, penikmat kemerdekaan juga wajib bahagia dengan mendarmabhaktikan segala harta dan jiwa dan raga dan potensi diri untuk kepentingan dan kemajuan bangsa dan negara dan kesejahteraan dan keadilan rakyat secara keseluruhan.

Hal tersebut kita lakukan sebagai bentuk kesyukuran dari rahmat Allah atas kemerdekaan yang diberikanNya kepada kebangsaan Indonesia.

Kita tidak mungkin lagi berjuang seperti yang didedikasikan para pahlawan syuhada untuk memerdekakan Indonesia. Juga tidak lagi mempertahankan kemerdekaan seperti zaman revolusi kemerdekaan .

Kemerdekaan hakiki dalam pemaknaan keindonesiaan ataupun individu saat ini adalah dengan mengisi kemerdekaan itu dengan memerdekakan diri dari berbagai keterbelengguan pikiran dan ketertinggalan
kemampuan daya saing.

Pemaknaan kemerdekaan dalam arti kebebasan berbuat dan berkarya oleh Ibnu ‘Asyur dalam bukunya “Maqasid al-Syari’ah al-Islamiyah”, memaknainya dengan al-Hurriyah berarti kebebasan berbuat dan berkarya dengan 4 makna.

Pertama, kebebasan untuk berkeyakinan (hurriyyah al-i’tiqad). Kedua, kebebasan berpendapat dan bersuara (hurriyyah al-aqwal). Ketiga, kebebasan untuk belajar, mengajar, dan berkarya (hurriyyah al-‘ilmi wa al-ta’lim wa al-ta’lif). Dan keempat, kebebasan bekerja dan berwirausaha (hurriyyah al-a’mal).

Sosok pribadi merdeka adalah memiliki semangat belajar dan etos kerja yang tinggi. Bermentalitas pemenang dengan skill dan keahlian yang tinggi menjadi anak bangsa membawa dirinya dan negara mampu berdaya saing sejajar dengan bangsa dan negara lain.

Semangat belajar dan semangat pengabdian dalam koridor yang dikehendaki Allah untuk kemashlahatan serta kebermanfaatan umat dan bangsa.

Ketika semangat merdeka itu sudah merasut dan menyadarkan pola pikir ke semua lini kehidupan, khususnya pada gerasi milenial sungguh merupakan potensi besar yang membawa ledakan perubahan dan kemajuan bangsa.

Realitas sejarah menunjukkan bahwa yang mampu membawa perubahan dan kemajuan secara signifikan dan revolusioner hanya ada pada generasi muda atau kaum milenial.

Potensi pemuda itu manakala tidak terkelola dan tersalurkan dengan baik dan tepat bisa terjadi sebaliknya ‘meledak’ sendiri keaktifitan yang menyimpang . Tentu hal ini bertentangan dengan makna kemerdekaan yang sesungguhnya.

Memaknai kemerdekaan secara hakiki (QS. Albayyinah:5) mampu mengantar warga negara menjadi hamba Allah yang taat, ikhlash, propetik-profesional, rela berkorban serta berdedikasi tinggi. Niscaya mampu menghasilkan karya-karya besar dan menomental membawa Indonesia berkemajuan menuju baldatun thoyyibatun warabbun ghafur. Aamin.(*)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments