Saturday, July 5, 2025
Google search engineGoogle search engine
HomeArtikelIbrah dari Para Pendiri Hidayatullah (69)

Ibrah dari Para Pendiri Hidayatullah (69)

HidayatullahSulsel.com — Pada hakikatnya, kehidupan umat manusia di dunia ini, adalah kehidupan yang senantiasa ditandai dengan ujian terus menerus, tidak akan ada habisnya, hingga kehidupan masing-masing orang, benar-benar telah berakhir.

Sebagaimana lazimnya, setiap ujian yang diberikan, akan berujung pada penilaian, dan hasilnya, tentu saja bergantung pada bagaimana setiap orang, menyikapi ujian demi ujian yang datang silih berganti. Inilah substansi dari firman Allah

ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَیَوٰةَ لِیَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡغَفُورُ

Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa yang lebih baik amalannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Surah 67 (Al-Mulk) ayat 2.

Dalam kajian Surah Al-Alaq, yang menjadi fokus utama dari perenungan Ust. Abdullah Said, yang kemudian menjadi salah satu titik tekan dan paling sering diintrodusir kepada para kadernya, betapa Allah benar-benar Maha Perkasa.

Khusus dalam konteks pertarungan, antara para pejuang kebenaran melawan pengusung kebatilan, UAS seringkali mengangkat contoh sejarah yang diabadikan dalam Al-Qur’an, guna membuktikan keperkasaan Allah, yang kesimpulannya, betapa sederhananya menghancurkan musuh, jika Allah telah menghendakinya.

Hancurnya pasukan gajah yang dipimpin Abrahah, hanya melalui gerombolan burung, tumbangnya Jalut lewat ketapel Nabi Daud, yang waktu itu Daud masih belia, hancurnya Fir’aun dengan bala tentaranya, perantara tongkat Nabi Musa, belum lagi Nabi Ibrahim yang selamat pasca dibakar pada gundukan api yang laksana gunung, dan akhirnya malah Namrud yang tewas menggenaskan.

Rentetan peristiwa di atas, adalah bukti kongkrit, betapa secara ekstrim dapat disimpulkan, yang seharusnya kita lakukan, bukan dibuat “pusing” oleh ulah para begundal, yang memang tujuannya untuk menghalangi para pejuang kebenaran, agar jangan sampai ada yang eksis, sebab itu isyarat, mereka tak lagi bisa berbuat seenaknya.

Melainkan yang harusnya menjadi fokus perhatian adalah bagaimana agar Allah berkenan memberikan bantuanNya. Sebab jika para mujahid, telah sampai pada level layak untuk dibantu, maka dengan sendirinya, kita hanya menanti waktunya, kapan gerangan kemenangan akan tiba, terlepas dari seperti apa bentuknya.

Salah satu syarat utama, dan hal ini tidak bisa ditawar-tawar, agar Allah mencintai para pejuang, yang tentu saja akan berlanjut dengan turunnya bantuan dari sisiNya, adalah ketika barisan mujahid telah tersusun rapi, laksana bangunan yang kokoh, inilah yang ditegaskan pada surat 61(Ash-Shaf) ayat 4

إِنَّ ٱللَّهَ یُحِبُّ ٱلَّذِینَ یُقَـٰتِلُونَ فِی سَبِیلِهِۦ صَفࣰّا كَأَنَّهُم بُنۡیَـٰنࣱ مَّرۡصُوصࣱ

Inilah yang seharusnya menjadi perhatian utama, bagaimana agar setiap person mengambil peran, demi terwujudnya barisan yang rapi laksana bangunan yang kokoh, satu diantaranya, adalah menjaga kepemimpinan, yang ditandai dengan kesiapan untuk mentaati setiap perintah, berikut semua aturan yang menjadi turunannya.

Upaya menegakkan kepemimpinan, yang ditandai dengan ketaatan, inilah yang menjadi ujian terbesar dalam barisan para mujahid sesungguhnya, sebab masing-masing orang akan diperhadapkan dengan egonya sendiri, dan inilah yang ditegaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya

أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ

Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad [berjuang] melawan dirinya dan hawa nafsunya.(*)

*) Penulis: Akib Junaid Kahar; Sumber: WAG H Indonesia

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments