Refleksi Hijrah untuk Tidak Lagi Menunda Kebaikan
Momentum Muharram adalah waktu yang tepat untuk menyalakan kembali semangat hijrah. Hijrah dalam arti yang luas, dengan segala maknanya. Berpindah dari kelalaian menuju kesadaran, dari kemalasan menuju kesungguhan, dari menunda-nunda menuju tindakan nyata.
Hijrah adalah gerak. Ia bukan sekadar berpindah tempat, melainkan berpindah sikap dan niat. Ia lahir dari introspeksi diri yang jujur, dan tumbuh dari semangat untuk terus memperbaiki hidup, seiring dengan bertambahnya waktu dan usia.
Setiap waktu yang kita miliki adalah ladang amal, kesempatan emas untuk memperbaiki diri dan menebar kebaikan. Dan peluang seperti itu tidak selalu terulang. Maka bertindak sekarang jauh lebih baik daripada hanya merencanakan besok.
Seringkali, kita terlalu sibuk menunggu momen paling sempurna untuk mulai melangkah. Padahal, kemajuan tidak datang dari kesempurnaan, tapi dari keberanian untuk memulai, sekecil apa pun langkah itu. Kuncinya adalah komitmen terhadap pertumbuhan, baik secara moral, spiritual, maupun intelektual.
Tentu, sebagai muslim, kita tetap harus mempertimbangkan segala sesuatu dengan akal dan hati yang jernih. Namun setelah yakin dengan langkah yang akan diambil, jangan ragu untuk segera bertindak.
“Jika engkau punya niat baik, maka segeralah wujudkan.”
Begitulah semangat para pembaharu sepanjang sejarah Islam. Mereka tidak menunda. Karena menunda bisa berarti lalai, dan kelalaian bisa menuntun pada penyesalan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ambillah manfaat dari lima perkara sebelum lima perkara: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.”
(HR. Al-Hakim)
Hadis ini adalah peringatan sekaligus motivasi. Jangan sia-siakan waktu dan nikmat Allah, apalagi dengan alasan malas, lalai, atau menunggu yang tidak pasti. Bisa jadi, menunda adalah bentuk tidak mensyukuri nikmat-Nya.
Di awal tahun 1447 H ini, Muharram menjadi saat yang tepat untuk muhasabah diri, memperbaharui niat, dan melangkah lebih jauh dengan semangat perubahan. Al-Qur’an menyeru:
“Bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seperti langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali Imran: 133)
Taqwa adalah modal utama, dan pembersihan jiwa (tazkiyyah) adalah jalannya. Jiwa yang bersih, pikiran yang jernih, dan hati yang tunduk kepada Allah, itulah yang mendorong semangat hijrah menjadi nyata.
Iman yang tumbuh dalam dada akan menumbuhkan spirit untuk bertindak, mencipta, berprestasi, dan memberi manfaat bagi sesama. Maka jangan katakan “besok”, jika hari ini Allah masih memberi kita waktu.