Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel
HidayatullahSulsel.com — Seorang Ustadz memulai ceramahnya dengan menjelaskan bahwa tidak hanya orang beriman dan umat terdahulu yang berpuasa, rupanya Ular dan ulat pun juga berpuasa. Cuma kedua mahluk itu beda cara dan hasil puasanya
Kita mulai dengan puasanya Ular. Dimana Ulat itu ketika tiba saat tertentu dalam menjaga kelangsungan hidupnya, dia harus mengganti kulitnya secara berkala. Dalam menanggalkan kulit lamanya, ular harus berpuasa berhari-hari.
Setelah puasanya selesai, kulit luar terlepas dan muncullah kulit baru.
Apa yang terjadi pada diri ular?. Tidak ada perubahan sama.sekali, sebelum dan sesudah berpuasa. Namanya juga tetap sama, ya… ular. Wajahnya tetap sama, makanannya tetap sama, pola hidupnya tetap sama, sifatnya yang beracun juga tetap sama. Bahkan dengan perubahan fisik bisa tidak lebih ganas dn beringas dari sebelumnya.
Bagaimana dengan ulat? Sebagai hewan paling rakus, maka hampir sepanjang waktunya dihabiskan untuk makan saja, dari daun ke-daun dan dari pohon ke-pohon.
Saat tiba waktutnya ia akan melakukan perubahan, yakni dengan cara berpuasa. Puasa yang benar-benar dipersiapkan untuk mengubah kualitas hidupnya. Dia asingkan diri bergelantung tanpa beraktivitas sama sekali.
Dia bekukan badannya, dengan dibungkus rapat dan tertutup dalam kokon (kepompong) sehingga tak mungkin lagi melampiaskan hawa nafsu makan dan nafsu berhubungan dengan lawan jenisnya.
.
Setelah berminggu-minggu berpuasa, tiba saatnya dari makhluk beku dari ulat itu, keluarlah sesosok makhluk cantik nan indah, bernama kupu-kupu.
Puasanya selama berhari-hari itu menghasilkan hal yang di luar dugaan, ulat yang dulunya adalah ulat yang dianggap menjijikkan kini menjasi kupu-kupu cantik nan indah dipandang disukai hampir oleh semua orang. Nama pun berubah dari sebelumnya bernama ulat menjadi bernama kupu-kupu.
Pola hidupnya juga terjadi perubahan. Ketika masih jadi ulat hidup bergerak menjalar dan pemakan daun.
Setelah menjalani hidup berpuasa menjadi mahluk bersayap, terbang menari-nari di awang-awang. Makanannya pun istimewa, menghisap nektar atau madu. Hebatnya lagi, ketika menghisap madu pun nyaris tak merusak bunga tempat madu yang diisapnya.
Ketika menjadi kupu-kupu dia terbang dengan indah dan membawa keindahan pada warna-warni dirinya. Dia hidup dan menghidupkan. Membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu penyerbukan bunga.
Pembaca yang budiman.
Dari kedua mahluk teraebut nampak terdapat dua perbedaan menyolok. Bahwa puasanya ular hanya sekedar melakoni perputaran ritme kehidupan semata sebagai ular. Hanya menghasilkan pergantian kulit. Ular tetap jadi ular dengan karakter yang sama dengan sebelumnya. Tetap berbisa dan berbahaya bagi manusia
Bila dihubungkan orang yang puasa Ramadhan, puasanya tidak sedikit pun merubah sifatnya. Tidak ada peningkatan iman dan taqwa. Puasanya tidak mampu merubah sifat dan tabiatnya. Tidak ada pembeda antara sebelum dan sesudah berpuasa “Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.”(HR. Ibnu Majah)
Adapun berpuasa yang baik adalah seperti puasanya ulat. Sebelum berpuasa bersifat loba dan tamak, setelah berpuasa berubah sifat dan karakter. Sifat hidupnya biasanya.dihabiskan dari hanya untuk makan menjadi hidup dan pola makan yang teratur, dari sumber makanan terbaik serta cara makan yang terbaik
Hidup yang sebelumnya hadir untuk tak peduli dan merusak lingkungan sekitar, menjadi hidup yang indah dan bahagia oleh kebermanfaatan. Hidup yang senantiasa memberi kenyamanan, kebahagiaan dimana pun dia berada.
Hidupnya orang berpuasa adalah hidup yang didasari oleh keimanan dan amal shaleh, sehingga diperolehnya pula kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain. “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS.An-Nahl;97)
Kembali kepertanyaan di paragraf awal, dimana sang Ustadz tadi kembali bertanya kepada jamaah, jadi siapa lebih baik puasanya, ular atau ulat ….?. Jamaah masjid spontan menjawab, “puasanya ulat, Ustadz !”
Sambil memandang ke arah jamaah, sejenak diam sembaei tersenyum. Sang Ustadz mengatakaan “puasanya ulat ?”. “Ketahuilah bahwa puasa yang terbaik… adalah puasanya Nabi Muhammad”.
Karena kita adalah umat Muhammad SAW yang harus mengikuti bagaimana beliau mencontohkan cara puasa yang benar.
Sang ustadz lanjut menjelaskan, bahwa “mengapa demikian? Sebab setelah ulat berpuasa, dia bisa merubah sifat dan tabiatnya, tapi fisiknya juga berubah, dan berubah juga makanan keseharian serta pola hidupnya.
Sementara puasanya orang beriman, fisik dan makanan kesehariannya tetap sama sebelum dan setelah menjalani puasa. Hanya saja orientasi dan pola hidupnya akan bisa berubah menjadi lebih teratur dan terpola dengan baik sebagaimana pola hidup yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW
Bagi orang beriman efek setelah berpuasa adalah iman dan taqwanya semakin meningkat dan kuat. Dibarengi pula dengan akhlaqnya yang lebih baik dibanding dari sebelum dia berpuasa.