MAKASSAR (HidayatullahSulsel.or.id) — Menyambut gelaran Musyawarah Nasional (Munas) VI Hidayatullah yang akan digelar Oktober 2025 di Jakarta, Hidayatullah Sulawesi Selatan menampilkan aksi nyata dalam mendorong agenda ekonomi hijau berbasis pesantren. Dua pondok pesantren di wilayah ini, yaitu Pesantren Daarul Hijrah Tanralili (Maros) dan Pesantren Tahfizh Cilik Auladi (Jeneponto), berhasil menunjukkan perpaduan antara kemandirian ekonomi dan kepedulian lingkungan dalam skala riil.
Pondok Pesantren Daarul Hijrah Tanralili sukses melaksanakan panen perdana kebun singkong seluas 0,5 hektare pada Sabtu kemarin, 26 Juli 2025. Hasil panen diperkirakan mencapai lima ton, yang sebagian akan disalurkan ke pasar lokal.
Panen tersebut dirangkaikan dengan lomba memasak berbahan dasar singkong oleh santri Tahfidz Putri, sebagai bagian dari pembelajaran keterampilan hidup dan edukasi ketahanan pangan.
“Kami belajar bekerja sama dalam tim sekaligus memasak dari bahan yang kami tanam sendiri,” ungkap Aisya, salah satu santri peserta lomba.
Sementara itu, di Jeneponto, Pesantren Tahfizh Cilik Auladi juga melangsungkan panen padi dari sawah seluas 0,6 hektare. Berkat dukungan sumur bor bantuan Baitul Maal Hidayatullah (BMH), sawah tersebut mampu menghasilkan 2,5 ton gabah, memenuhi sekitar 30 persen kebutuhan pangan santri.
“Kami bersyukur atas keberhasilan ini. Program ini membuktikan bahwa pengelolaan zakat secara produktif mampu membangun kemandirian pesantren secara berkelanjutan,” ujar Ustadz Kadir, Ketua BMH Sulawesi Selatan.
Ketua DPW Hidayatullah Sulsel, Ustadz Nasri Bohari, menyebut bahwa inisiatif ini merupakan bentuk kontribusi pesantren terhadap pembangunan nasional. “Gerakan ini mencerminkan dua arah strategis Munas VI: penguatan ekonomi umat dan pelestarian lingkungan. Dakwah tidak hanya berhenti di masjid, tapi juga tumbuh di ladang dan kebun,” ujarnya saat meninjau lokasi panen di Maros.
Kampanye Pesan Kebaikan untuk Lingkungan
Sebagaimana diinformasikan oleh DPP Hidayatullah, Munas VI Hidayatullah tahun ini mengangkat sejumlah tema strategis, di antaranya adalah isu ekonomi keumatan dan konservasi lingkungan. Dalam rangka menyemarakkan agenda tersebut, berbagai wilayah digalakkan untuk meluncurkan program tematik bertajuk “Pesan Kebaikan untuk Lingkungan”.
Upaya Hidayatullah Sulsel dalam memadukan program ketahanan pangan dengan edukasi lingkungan dinilai relevan dengan semangat tersebut. Program seperti Pesantren Berdaya, yang dijalankan melalui sinergi antara pesantren dan Laznas BMH, telah menjadi model pengelolaan zakat yang tidak hanya karitatif tetapi juga transformatif.
“Inilah di antara bentuk eco-dakwah: membina iman, menjaga bumi, dan menggerakkan ekonomi umat dari akar rumput,” terang Robianto, penanggung jawab program pertanian di Tanralili.
Dengan gerakan ini, Hidayatullah ingin menegaskan kembali bahwa pelestarian lingkungan adalah bagian dari dakwah yang integral. Sebab, sebagaimana dalam Al-Qur’an, manusia diciptakan bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga sebagai khalifah yang menjaga dan memakmurkan bumi.