PINRANG — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, KH. Dr. Nashirul Haq, MA., mengajak seluruh elemen bangsa untuk menumbuhkan semangat hijrah dan memperkuat sinergi kebangsaan dalam rangka menyongsong visi besar Indonesia Emas 2045. Seruan tersebut disampaikannya saat menyampaikan ceramah Tabligh Akbar dalam acara Halaqah Kubro Hidayatullah Se-Sulawesi dan Gorontalo, yang digelar di Kampus Hidayatullah Lamatanre, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, pada Ahad, 13 Juli 2025.
Tabligh Akbar yang mengusung tema “Refleksi Hijrah: Sinergi Anak Bangsa Menyongsong Kebangkitan Menuju Indonesia Emas 2045” ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Semarak Muharram 1447 H Hidayatullah Sulsel. Kegiatan ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai wilayah di Sulawesi dan Kalimantan serta sejumlah tokoh dan tamu undangan.
Dalam tausiyahnya, KH. Dr. Nashirul Haq, MA. menegaskan bahwa hijrah merupakan prinsip mendasar dalam Islam yang memiliki dimensi luas, baik secara fisik, spiritual, maupun sosial. Ia menekankan bahwa hijrah tidak semata berpindah tempat, tetapi merupakan proses transformasi diri menuju kondisi yang lebih baik dalam semua aspek kehidupan.
“Hijrah dalam makna spiritual adalah perjalanan abadi seorang mukmin. Ia adalah proses meninggalkan kejahiliyahan menuju cahaya iman dan kebaikan,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam sejarah Islam, hijrah bisa terjadi karena dua dorongan: tekanan dan panggilan dakwah. Sebagai contoh, ia menyinggung nasib umat Islam yang terpaksa hijrah karena tekanan, seperti di Rohingya, Suriah, dan Gaza. Sementara itu, sosok pendiri Hidayatullah, KH. Abdullah Said, menjadi teladan hijrah karena panggilan dakwah, yaitu meninggalkan kampung halaman di Sulawesi Selatan untuk merintis pesantren Hidayatullah di Kalimantan Timur.
Selain mengupas makna hijrah, Ketum DPP Hidayatullah juga menyoroti pentingnya sinergi antara kekuatan umat dan negara, antara ulama dan umara. Ia mengutip pernyataan klasik Imam Al-Ghazali: “Agama adalah fondasi, dan negara adalah penjaganya. Jika salah satunya hancur, maka peradaban akan runtuh.”
Lebih jauh, ia menekankan bahwa sistem pendidikan integral yang dikembangkan Hidayatullah merupakan wujud nyata hijrah intelektual dan moral. Pendidikan, menurutnya, harus menyentuh seluruh aspek manusia, yaitu akal, ruh, dan perilaku, agar mampu melahirkan generasi yang tangguh dan siap membangun peradaban.
Sebagai penutup, Dr. Nashirul mengajak seluruh kader untuk menghidupkan nilai-nilai Islam yang selaras dengan kearifan lokal, seperti Sipakatau (saling memanusiakan), Sipakalebbi (saling menghormati), dan Sipakainge (saling menasihati). Nilai-nilai ini, menurutnya, telah menjadi bagian dari kultur dakwah Hidayatullah yang harus terus dijaga dan ditumbuhkan.
“Hakikat hijrah adalah peningkatan diri secara berkelanjutan. Dan siapa yang berhijrah karena Allah, maka Allah akan cukupkan kebutuhannya,” pungkasnya penuh semangat.
(Ian Kassa/Hidayatullahsulsel.or.id)