Oleh : Azhari, S.H.I., M.Pd.I.*
اللهم بارك لنا في شعبان و بلغنا رمضان
Doa ini menjadi sangat krusial di detik-detik akhir bulan Sya’ban, dengan kenyataan banyaknya yang wafat orang-orang di sekitar kita. Informasi ini didapat baik dari media, maupun flayer-flayer duka cita yg tak berhenti dishare di grup-grup pertemanan.
Sebagai contoh, Rabu malam 14 Sya’ban lalu, seorang guru, tetangga depan rumah telah meninggal dunia, menyentak kita semua. Kamis tanggal 22 Sya’ban kemarin, seorang imam masjid di pondok, juga meninggal ayahnya saat sedang menjalankan ibadah umroh. Ia menghembuskan nafas terakhirnya saat sedang berada di Kota Nabi, Madinah Al Munawwarah.
Bahkan, semalam sebelum tidur, tetiba seorang kawan di Berau, Kaltim memposting flayer dukacita atas wafatnya ibunda tercinta. Dan tentunya masih sangat banyak lagi kasus serupa, kembali ke haribaan Ilahi sebelum sampai padanya Bulan Ramadhan.
اللهم اشف مرضانا و مرضى المسلمين و ارحم موتانا و موتى المسلمين.
Ini bukti bahwa kehidupan dan kematian memang merupakan hak prerogatif Allah SWT semata. Sekaligus juga kasih sayang Allah berupa kesempatan pada siapa yg dikehendakinya untuk masih bisa mencicipi nikmatnya hidangan Ramadhan tahun ini.
Disinilah urgensinya doa di atas sebagai muqaddimah tulisan ini. Dalam riwayat disebutkan bahwa enam bulan sebelum Ramadhan, para salafus sholeh dahulu sudah senantiasa berdoa agar disampaikan pada bulan Ramadhan.
Bekal Ilmu
Sebagai upaya menarik benang merah esensi dari value tarhib Ramadhan. Yang hari-hari ini diselenggarakan di berbagai tempat. Penting bagi kita menyambutnya dengan persiapan bekal ilmu yang memadai, dan melihat bulan ini dengan status privilege-nya yg unik.
Tentu berbeda, orang yang memandang Ramadhan dengan perspektif B aja, dibanding orang yang melihat dan memaknai Ramadhan dengan adanya hak istimewa yang diberikan langsung oleh Allah SWT.
Siapa yang tidak tergiur dengan segala macam bisyarah yang ditawarkan pada bulan ini.
Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah Saw bersabda:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan keberkahan, Allah wajibkan berpuasa didalamnya, dibukakan didalamnya pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu para setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang dihalangi dari kebaikannya, sungguh ia telah dihalangi dari segala kebaikan.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda:
إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب السماء وفي رواية ( أبواب الجنة) وفي رواية (أبواب الرحمة) وغلقت أبواب جنهم وسلسلت الشياطين.
“Jika datang bulan ramadhan maka dibukakan semua pintu langit, dan dalam riwayat yang lain pintu-pintu surga, dalam riwayat yang lain pintu-pintu rahmat, dan dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu semua setan.” (Muttafaqun alaih)
Sebagaimana kata Ibnu Rajab al-Hanbali (w.1393) bahwasanya Sya’ban adalah muqaddimah Ramadhan yang bertujuan agar seseorang memperoleh persiapan bertemu Ramadhan, dan jiwanya tertempa untuk ketaatan kepada Allah. (Lathoiful-Ma’arif).
Tentu, saat memasuki Ramadhan, kita mutlak butuh bekal ilmu, mental dan jiwa yg kuat, serta fisik yg prima dalam mengarungi samudera kebaikan yg disebar oleh Allah SWT.
Kata Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H),
يَجب عَلَيْهِ أَنْ يَطلبَ مِنْ الْعِلْمِ مَا يَقُومُ بِهِ دِينهُ ولا يفرط ذلك. الْفَرْضَ الَّذِي يَجِب عَلَيْهِ فِي نَفْسِهِ لَا بُد لَهُ مِنْ طَلَبِهِ.
Wajib atas setiap muslim mempelajari ilmu yang dapat menegakkan agamanya, dan tidak mengabaikannya. Kewajiban yang wajib atas dirinya, maka wajib ia mempelajarinya. (Ibn Muflih al-Maqdisi dalam al-Adab al-Syar’iyyah)
Bahwa puasa ini adalah syariat (2:183), maka melekat padanya hukum fiqh yang menyertainya, sehingga wajib bagi seorang muslim untuk memahami tatacara pelaksanaannya.
Pada puasa di siang hari, untuk diketahui: syarat wajib, syarat sah, rukun, pembatal puasa, adab-adab dalam berpuasa puasa, termasuklah apa yang tetap mubah dilakukan atau makruh dikerjakan.
Tentang qiyamnya di malam hari, tidak mungkin tanpa ilmu bagaimana salat tarawih, tahajud dan witir dilaksanakan. Begitupun dengan itikaf, saat masuk fase akhir bulan Ramadhan untuk mencaritemukan Lailatul Qadar.
Hal lain seputar zakat fitrah dan zakat maal, serta fiqh puasa bagi wanita.
Sebab, syarat diterimanya amal ibadah ada dua, selain ikhlas, juga mesti mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw (ittiba’).
Syahrul Qur’an
Ramadhan disebut bulan Al-Qur’an karena dipilih oleh Allah SWT untuk menurunkan Al-Qur’an (Qs. 2:185). Sesuatu yang terpilih, pastilah istimewa. Maka asbab itulah, entitas lainnya menjadi mulia karena wasilah Ramadhan sebagai pilihan Allah dan Al-Qur’an sebagai objek yang berada di dalamnya.
Sehingga muncullah the miracle of Qur’an itu: bahwa Al-Qur’an ini adalah Kalamullah Al Karim, sehingga Jibril as. menjadi akramul malaikah, malaikat paling mulia karena membawa Al-Qur’an. Dan untuk diketahui bahwa nama lain malaikat Jibril adalah ar-Ruuh, juga nama lain Al-Qur’an adalah Ruh. Itulah sebabnya ruh atau jiwa manusia akan terus hidup dan menyala ketika membaca Alquran.
Rasulullah Saw, menjadi khairul anam, sayyidul anbiya’ wal muraslin, karena diberikan Al-Qur’an.
Makkah Al-Mukarramah, Madinah Al-Munawwarah, dan Baitul Maqdis, menjadi tanah yg paling mulia di muka bumi ini karena Al-Qur’an turun di negeri tersebut (dalam satu pendapat bahwa ada ayat Alqur’an yang sempat turun di Baitul Maqdis).
Ramadhan menjadi sayyidus syuhur, bulan paling mulia. The best time, karena di dalamnya turun Al-Quran. Bahkan pada bulan Ramadhan, terdapat lailatulqadar, malam yang lebih baik dari 1000 bulan, juga karena dipilih oleh Allah untuk menurunkan Al-Quran (Qs. 97:1-3).
Dalam sejarah pun, pertama kalinya turun Al-Qur’an kepada Rasulullah Saw terjadi di Gua Hira, pada bulan Ramadhan. Yaitu Qs. Al-Alaq ayat 1-5, sekaligus menjadi SK pengangkatannya menjadi seorang nabi dan rasul.
Bisa dibayangkan jika Al-Qur’an itu juga nuzul dalam hidup kita, menjelma menjadi cahaya petunjuk dalam kehidupan di dunia ini. Apa tidak menyala hidup yang kita jalani ini, brader!
Oleh karena itu, semoga momentum Ramadhan ini memberi spirit nuzululqur’an pada jiwa kita lewat tilawah, tadabbur, hingga pengamalan dalam sehari hari di bawah naungan Al-Qur’an, sekaligus menjadi titik balik perubahan hidup dalam segala dimensinya. (Bersambung)
*) Alumni SMA Al-Bayan Hidayatullah Makassar