Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel
HidayatullahSulsel.com — Kebahagiaan adalah buah dari kemenangan orang yang bertaqwa. Dan taqwa adalah tujuan utama dari perintah ibadah Ramadhan yakni agar menjadi orang yang taqwa. (QS 2: 183). Sesuatu yang mudah diraih dan mewujudkan bagi orang yang beriman.
Istilah taqwa sendiri yang sering disebut dalam kaitan dengan hal ibadah. Sebagaimana perintah shaum atau puasa di bulan Ramadhan ini adalah bukti ketaqwaan kepada Allah.
Orang yang bertaqwa akan mendapat banyak kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat. Kemuliaan orang betaqwa itu akan diraih dalam bulan Ramadhan oleh orang beriman yang memaksimal ibadah puasanya.
Hal pertama dilakukan dalam meraih taqwa adalah dengan senantiasa mensucikan tubuh dari segala dosa dan kekhilafan agar syaitan tidak mampu menggoda. Ibnu Katsir mengatakaan “Puasa mengandung hikmah menyucikan tubuh dan mempersempit jalan-jalan setan”.
Meraih ketaqwaan di bulan Ramadhan adalah jalan pencarian terjal penuh tantangan dan godaan. Semua akan terlewati dengan mulus ketika istiqomah menjalankan perintahNya. Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al Maidah ayat 35
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُوا۟ فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 35).
Keberuntungan atau kebahagiaan adalah buah dari ketaqwaan yang diraihnya ketika memaksimalkan pendekatan diri kepada Allah serta diiringi dengan memperbanyak amal sholeh lainnya.
Bila dikaitkan dengan makna laallakum tattawun (agar kalian bertaqwa) pada.QS:2;183, bahwa ketaqwaan itu adalah sesuatu yang tidak pasti diraih. Kecuali dengan segala mujahadah Yang dilakukanya berupa pendekatan diri kepada Allah.
Beberapa ulama berpendapat, seperti Al Ghazali, mengatakaan bahwa taqwa dapat didefinisikan “Sebagai upaya membersihkan diri dari dosa yang sebelumnya belum pernah dilakukan, sehingga lahir motivasi dalam diri untuk meninggalkannya”.
Taqwa merupakan upaya untuk menjaga diri dari berbagai kemaksiatan. Agar menjadi mutmainna (hati yang tenang) yang dapat dengan khusu’ beribadah kepada Allah Ta’ala.
Jalan Kebahagiaan
Jalan menggapai kebahagiaan dapat diraih dalam momentum Ramadhan. Dimana tersuasanakan diri kita dan seluruh kaum muslimin, larut dan khusu’ meniti jalan meraih janji hadiah kebahagiaan dari Allah. Dan meraih kebahagiaan itu hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan yang digariskan oleh Allah Ta’ala.
Meniti jalan Allah yang dimaksud adalah menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya dengan ikhlas dan benar sesuai tuntunan Allah dan sunnah Rasul. Allah SWT. Falam Al-Qur’an berfirman:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“..dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Qs. Al-An’am: 153)
Ayat tersebut bermakna bahwa dapat dipastikan bahwa orang yang meninggalkan jalan yang digariskan oleh Allah Ta’ala membuat dirinya akan tidak tenang dan tidak bahagia. Karena ia mencari jalan pencarian dan sumber kebahagiaan selain dari jalan yang benar dan jelas dan digariskan oleh selain Allah dan Rasul-Nya.
Menyimpang dari jalan yang telah digariskanNya hanya akan menjadikan kehidupannya di dunia terasa sempit, serta tidak menikmati kebahagiaan hidup. Di akhirat pun mereka terhimpun pada golongan orang buta, tak dapat menikmati keindahan syurga. Sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (surat Thaha [20]: 123
Ramadhan datang membawa hadiah kebahagiaan. Dan kebahagiaan itu hanya milik orang bertaqwa. Taqwa yang melahirkan kebahagiaan adalah dengan bersenang-senang dan bahagia beribadah dalam bulan Ramadhan, sehingga Allah pun menurunkan hadiah kebahagiaan pada hati dan pikiran dan kehidupannya.(*)