Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel
HidayatullahSulsel.com — Bergembira terhadap kedatangan tamu dapat dipengaruhi oleh dua hal, yakni kemuliaan tamu yang datang dan faham bagaimana cara menghormati kedatangan tamu agung itu
Mengapa kita memperlakukan Ramadhan secara spesial,? Karena dia adalah tamu agung. Bulan mulia karena dimuliakan oleh Allah dan diperlakukan kemulianannya dalam wujud mengikuti sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam (SAW).
Demikianlah seorang muslim hendaknya harus memiliki perasaan gembira akan datangnya Ramadhan. Bergembira karena Ramadhan merupakan karunia dari Allah kepada orang yang beriman.
Orang beriman harus bergembira atas turunnya ajaran Islam dengan RahmatNya, sebagaimana dalam firmanNya
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS.Yunus;58)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa “Dengan adanya hidayah dan agama yang hak ini yang datang kepada mereka, hendaklah mereka bergembira, karena hal itu merupakan sesuatu yang lebih patut untuk mereka gembirakan.”
Allah telah menurunkan hidayah dengan Islam sebagai agama yang hak ini. Di antara rahmat dari agama ini adalah Ramadhan. Bulan yang memilik begitu banyak kemuliaan serta memperoleh kemenangan dan kebahagiaan bagi yang menyikapi dengan berbagai amalan.
Berkat Rahmat dari Allah Ta’ala Ramadhan diturunkanNya, sehingga Ramadhan pun dikenal sebagai bulan Rahmat. Maka orang yang menyambut kedatangan pun akan mendapatkan RahmatNya
Pada ayat tersebut di atas terdapat kata yang mengatakaan {هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}
Artinya “Karunia dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. (Yunus: 58)
Tentang kalimat itu, oleh Ibnu Katsir dijelaskan bahwa sesuatu yang “diyakini lebih baik dari pada harta benda duniawi dan semua perhiasannya yang pasti akan fana dan lenyap itu”
Termasuk Ramadhan tentunya, kemuliaannya sebagai Rahmat dari Allah Ta’ala lebih baik dari segala harta dan perhiasan dunia yang kita miliki yang sifatnya sementara, akan lenyap ditelan masa.
Oleh karenanya, ketika telah tertanam iman dalam diri kita, maka hendaklah kita memiliki kerinduan dan kegembiraan dengan kedatangan Ramadhan itu.
Kita berlindung kepada Allah Ta’ala ketika merasa kedatangan bulan Ramadhan dengan perasaan biasa-biasa saja dan tidak ada hal yang istimewa di dalamnya. Bisa jadi kita terluput dari kebaikan atau Rahmat yang banyak.
Bagaimana pula para sahabat, ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan akan datang ? Berikut ini beberapa amalannya dalam menyambut kedatangan Ramadhan:
Pertama, memiliki ilmu tentang Ramadhan. Persiapan yang pertama dan utama yang mesti ada adalah persiapan ilmu. Karena orang yang beribadah pada Allah tanpa didasari ilmu, maka tentu ibadahnya bisa jadi sia-sia. Kesempurnaan agama ketika ilmu terlebih dahulu sebelum bertindak.
Sebagaimana pernyataan dari Ibnul Qayyim rahimahullah. “Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun tadi akan mendapatkan kesulitan dan sulit bisa selamat.”
Demikian halnya Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Siapa yang terpisah dari penuntun jalannya, maka tentu ia bisa tersesat. Tidak ada penuntun yang terbaik bagi kita selain dengan mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat Miftah Daris Sa’adah, 1: 299)
Kedua, mempersiapkan mental. Para sahabat dan ulama terdahulu telah mempersiapkan kedatangannya jauh sebelum kedatangan Ramadhan bulan yang agung itu. Bahkan telah mempersiapkan mentalnya 6 bulan sebelumnya.
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata,
ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ : ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻧَﺎﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ
“Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.” (Latha’if Al-Ma’arif hal. 232)
Persiapan ini dilakukan karena disamping Ramadhan adalah bulan Rahmat, Ramadhan juga adalah bulan jihad. Jihad yang dimaksud adalah jihad melawan hawa nafsu. Dan jihad untuk berkemampuan memanfaatkan waktu 24 jam selama sebulan penuh berupa ibadah dan amalayah sebagaimana yang telah disunnahkan oleh Rasulullah SAW.
Tiga adalah pemperbanyak puasa sunat Sya’ban serta mengganti hutang puasa Ramadhan tahun lalu.
Sya’ban adalah bulan paling berdekatan dengan Ramadhan,. Rasulullah ﷺ menyambut dengan kedatangan Ramdhan dalam bulan Sya’ban dengan memperbanyak berpuasa, sebagaimana dalam hadisnya dalam riwayat Aisyah berkata:
كَانَ أَحَبُّ الشُّهُورِ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَصُومَهُ شَعْبَانَ، ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ
“Bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ untuk berpuasa sunah adalah bulan Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan.” (HR. Abu Daud no. 2431 dan Ibnu Majah no. 1649)
Rasulullah telah mencontohkannya dengan melakukan puasa sunat di bulan Sya’ban selain sebagai bentuk kegembiraan juga sebagai iddad atau persiapan fisik dan mental menyambut Ramadhan.
Para sahabat sebelum masuk Ramadhan mengganti hutang puasa di tahun sebelumnya, secara maksimal di bulan Syaban. Sebagaimana yang diriwayatkan Sayyidah Aisyah ra.:
كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلاَّ فِي شَعْبَانَ الشُّغُلُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
“Aku punya hutang puasa Ramadhan dan baru bisa membayarnya pada bulan Sya’ban, karena kesibukanku mengurusi Rasulullah ﷺ (HR. Muslim no. 1146).
Empat adalah dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Menjelang Ramadhan, para sahabat semakin sering membaca Al-Qur’an, lebih-lebih saat datang bulan Sya’ban. Hingga Tabiin Salmah bin Kuhail mengatakan bahwa Sya’ban adalah bulan membaca Al-Qur’an.
Pada bulan Sya’ban juga, Tabiin Zubaid Al-Yami sering berkumpul bersama para sahabat yang masih hidup dan saling berlomba-lomba membaca Al-Qur’an, dan mengkhatamkannya lebih dari satu kali.
Kelima adalah adalah dengan memperbanyak berdoa. Dimana Rasulullah ﷺ menganjurkan membaca doa untuk menyambut datangnya hilal awal bulan Ramadhan, :
Dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali, ia berkata: “Jika bertemu dengan bulan Ramadhan Rasulullah SAW memanjatkan doa berikut:
اَللّٰهُـمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْاِيْمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْاِسْلَامِ وَالْعَافِيَةِ الْمُجَلَّلَةِ وَدِفَاعِ الْأَسْقَامِ وَالْعَوْنِ عَلَى الصَّلَاةِ وَالصِّيَامِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ
“Ya Allah, pertemukan bulan ini dengan kami dalam keadaan aman, iman, keselamatan, Islam, sehat yang prima, kebal dari penyakit, dan pertolongan untuk shalat, puasa dan membaca Al-Qur’an” (al-Hafidz Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyqa 51/186).
Selain doa di atas, kita juga dapat membaca doa berikut;
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (*)
*) Naskah khutbah oleh Departemen Dakwah DPW Hidayatullah Sulsel