Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel
HidayatullahSulsel.com — Telah menjadi kebiasaan saat kita melihat orang pulang Umroh atau Haji, membawa oleholeh. Karena dianggapnya oleholeh dari Tanah Suci ada keberkahaannya, seperti air Zamzam, kurma, parfum dan lainnya.
Bahkan terkadang juga sebelum berangkat telah banyak pesanan oleholeh. Membuat kepikiran bagi jamaah untuk memberi kebahagiaan tersendiri sepulang dari umroh kepada keluarga dan kerabat terdekat.
Kebiasaan memberi oleh-oleh dari Tanah Suci ternyata dianjurkan oleh ulama. Kecuali yang terlarang dibawa seperti batu, tanah, potongan kain kiswah (kain penutup Ka’bah) dan benda lainnya yang bertujuan untuk kepentingan magis atau unsur spiritual lain. Maka hal tersebut oleh jumhur ulama dilarang.
Disamping itu oleholeh tidak boleh berlebihan, sehingga dapat mengganggu pelaksanaan ibadah di Tanah Suci, serta tidak boleh memaksakan khususnya bagi jama’ah yang terbatas keuangannya. Juga agar tidak menjadi masalah saat proses pemberangkatan di bandara.
Adapun fadhilah oleholeh menurut Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani adalah “Dianjurkan untuk memberikan hadiah (oleholeh haji), karena dapat menyatukan hati dan menghilangkan dendam dan permusuhan.”
Demikian halnya setiap saat dalam kehidupan kita dianjurkan untuk saling memberikan hadiah, sebagaimana anjuran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (Al-Adabul Mufrad no.594)
Lebih lanjut Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani mengungkapkan tentang hadiah, “Saling memberikan hadiah di antara manusia satu sama lainnya akan menimbulkan hubungan (hangat) dalam hati mereka.”
Etika Memberi dan Menerima Oleholeh
Orang terbaik dalam memberi hadiah adalah ketika yang diberikannya adalah yang terbaik. Walau ini kadang sungguh berat, dan hadiah yang diberikan kepada orang lain hanya sekadarnya.
Begitulah umumnya manusia yang sukanya hanya menerima hadiah, kalau perlu meminta hadiah. Dan bahkan terdapat sebagian orang tidak gemar memberi hadiah yang terbaik kepada orang lain.
Sedangkan akhlaqnya menerima hadiah, termasuk menerima oleholeh adalah menerimanya dengan senang hati apapun hadiah yang diterimanya.
Kalaupun hadiahnya tidak terlalu menarik dan kita tidak membutuhkannya berupayalah untuk tidak menampakkan rasa tidak berkenan di depan pemberi hadiah. Ini demi untuk turut membahagiakan dan menjaga perasaan dari pemberi hadiah itu.
Ketika mendapatkan hadiah atau oleholeh, sebaiknya ucapkanlah rasa syukur dan terima kasih kepada pemberi hadiah. Serta lebih afdal lagi dengan mendoakan kebaikan, kesehatan dan keberkahan rezeki kepada pemberi hadiah atau oleholeh.
Oleholeh Terbaik adalah Doa
Tapi tahukah kita apakah oleholeh terbaik itu?. Sesungguhnya oleh-oleh terbaik adalah DOA. Oleh karenanya, kerap kali ada yang lebih cerdas meminta oleholeh kepada jama’ah Haji atau Umroh untuk mendoakankanya baik di Baitullah khususnya saat tawaf ataupun di Masjid Nabawi di Raudah bagi yang mampu memasukinya.
Doanya orang-orang yang sedang Umroh dan Haji, termasuk yang telah pulang Haji dan Umroh itu mustajabah selagi mereka tidak bermaksiat kepada Allah.
Boleh saja meminta kepadanya untuk didoakan agar hidup kita penuh berkah, usaha kita yang tidak pernah merugi serta kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang beribadah haji, dan orang yang sedang umrah adalah tamu kehormatan Allah. Allah memanggil mereka, kemudian mereka memenuhi panggilan itu. Sehingga jika mereka memohon kepada Allah, maka Allah akan memberinya” (HR. Ibnu Majah).
Oleholeh doa adalah yang terbaik di antara semua oleholeh. Karena doa akan membuka hijab hamba dengan Tuhannya. Ketika terbuka hijabNya permintaannya dikabulkan, sebagaimana janjiNya “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Gafir: 60).
Saling memberi, berupa doa antara sesama orang beriman, apalagi yang didoakan tidak mengetahui bahwa dia telah didoakan, akan mendapatkan kebaikan. Kebaikan bagi yang mendoakan serta kebaikan kepada yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama,” (HR. Muslim no. 4912). Wallahu A’lam Bishshowaf.(*)