Oleh: Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel
HidayatullahSulsel.com — Menghirup udara kebebasan, ungkapan yang sering muncul dari seseorang yang baru saja keluar dari tahanan atau terlepas dari keterpenjaraan fikiran dan hati menuju ke kebebasan yang luas tanpa batas
Dari keterkungkungan berkreasi dan berkarya kepada kebebasan mengekplorasi potensi, ketrampilan dan kemampuan diri tanpa ada yang menghalangi dan melarangnya
Pemahaman Ini sejalan dengan teori kebebasan. Bahwa kebebasan adalah kemampuan untuk melakukan apa yang diinginkan, atau hak dengan anugerah dan kelebihan yang dimiliki. Kebebasan, juga dapat diartikan memiliki kemampuan untuk bertindak atau berubah tanpa batasan.
Sesuatu itu “bebas” jika dapat berbuat dan berubah dengan mudah dan tidak dibatasi dalam keadaan sekarang.
Lebih lanjut kebebasan dibedakan menjadi dua hal. Pertama, kebebasan (freedom) berarti kemampuan untuk melakukan apa yang diinginkan dan apa yang memiliki kekuatan untuk dilakukan.
Sementara kebebasan (liberty) berarti tidak adanya pembatasan sewenang-wenang, dengan mempertimbangkan hak-hak semua yang terlibat (di.m.wilipesia.org)
Berdasarkan teori tersebut, bahwa yang mengindikasikan manusia sebagai makhluk yang bebas adalah manusia mampu menetapkan tujuan dan cita-cita hidupnya dan tidak berada dalam tekanan tertentu ataukah sebagai seorang feedom.
Sisi lain di dalam kebebasan akan dilakukannya sepanjang tidak mengganggu hak individu atau masyarakat dan wilayah tertentu.
Falsafah kebebasan ini berasas pada penghargaan ekspresi potensi diri dan penghargaan hak individu dan hak umum yang berlaku oleh kesepakatan bersama.
Sepanjang memenuhi standar penghargaan akan potensi diri dan tetap tidak mengganggu hak dan kepentingan orang lain maka itulah makna dan arti sebuah kebebasan.
Pandangan kebebasan ini sangat menghargai potensi, budaya dan hak individu, yang melahirkan hak azazi manusia. Dan juga menghargai budaya dn kearifan lokal, bangsa dan negara.
Karena tumbuh dan berkembang dari budaya dan karakteristik masing-masing membuat antara satu daerah dengan daerah lain hingga antara satu negara memiliki perbedaan kesepakatan dan aturan yang beda.
Dampaknya, menciptakan berbagai perbedaan sistem sosial dan sistem budaya yang disepakati masing-masing. Kebebasan dalam persfektif ini tidak bersifat universal,
Dari persepsi kebebasan individual juga lebih mengedepankan kemerdekaan berbuat terhadap apa saja. Dimana seseorang bebas beraktivitas dan berkreasi sepanjang tidak ada yang merasa terganggu.
Kebebasan dari ekstensial individu ini cendrung mengesampingkan persoalan moral, etika apalagi agama yang mencakup aturan dan sistem bersifat universal.
Perbedaan sudut pandang yang beda tersebut wajar bila sering terjadi kontra produktif pemikiran dan reaksi negatif hingga terjadi besekan dan gerakan sosial dari penganut faham kebebasan dengan yang selainnya.
Itulah sisi negatif dari kebebasan yang berpusat kepada penghargaan kemanusiaan dan eksistensi individulitas dalam sistem sosial yang berlaku.
Walau selalu mengusung kearifan namun justru sebaliknya tidak arif secara universal di semua budaya dan sistem sosial lokal, daerah ataupun negara.
Kebebasan Yang Tidak Bebas
Kalau kebebasan manusia dalam arti tidak pernah terbatas dan tak bisa dibatasi oleh kondisi. Maka dia sesungguhnya telah menyalahi fitrah kehidupan tentang makna kebebasan
Kebebasan yang terjebak pada memperturutkan keinginan nafsu dan syahwat yang mengendalikan dan memenjaraka dirinya. Membuat dirinya tidak lagi sebagai manusia yang berbuat sesuai panggilan batin dan hati nurani. Sehingga! dia pun menjadi manusia serakah, sombong dan dhzolim.
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.(QS.Yusuf;53)
Ketika virus nafsu dan syahwat itu menjangkit diri seorang, maka akan merugikan diri sendiri. Lebih bahaya lagi ketika dia adalah pemimpin atau pemegamg tumpuk dan pengendali kekuasaan maka akan menjadi orang yang dhzolim, otoriter dan berlaku tidak adil.
Dalam perspektif Al-Quran, memandang semua mahluk hidup diberi fitrah untuk bebas tumbuh dan berkembang. Namun pada kehidupan itu sendiri adalah sesuatu yang serba terbatas. Karena semua yang namanya mahluk yang diciptakan pasti akan berakhir.
Kehidupan ini sendiri adalah sebuah proses menuju titik akhir yakni berakhir pada kematian dan kebinasaan, كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ _Semua yang ada di bumi itu akan binasa (Q.S.55;26).
Berdasarkan ayat di atas, manusia sebagai mahluk hidup pun akan mengalami hal yang sama, akan berakhir pada kematian. Hal itu sejalan dengan firmanNya;
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.(QS.Al-Araf:34)
Dengan demikian tidak ada manusia yang bebas dan sepenuhnya bebas, dia tetap dikendalikan oleh unsur diluar dirinya.
Bagi orang beriman, berkeyakinan Allah lah sebagai pengendalinya.
Dia pun menyadari sebagai mahluk yang memiliki keterbatasan masa dan kemampuan diri. Bahwa pada akhirnya dia akan mati dan punah
Manfaatkan Kesempatan Yang Terbatas
Kesempatan adalah momen terbatas yang tidak bisa dikembalikan lagi ketika berlalu. Kehidupan ini harus dimaknai sebagaj momen terbaik dari batasan waktu yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW menuntun kita bagaimana pentingnya untuk menghargai apapun kesempatan yang Allah ta’ala berikan, sebagai sebuah kesempatan untuk berbuat kebaikan.
Dari Ibnu Umar ra berkata : Rasulullah saw memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu (Riwayat Bukhori)
Demikianlah betapa orang beriman itu sangat hebat, serta sangat bermakna hidupnya. Sehingga apapun kesempatan yang diperolehnya adalah peluang emas menjadi orang yang lebih baik.
Oleh karenanya, nikmatilah kebebasan yang terbatas ini, menjadi hamba yang bersyukur, bermujahadah menggapai karunia Allah ta’ala Dzat yang memiliki kekuasaan tak terbatas.
Waallahu A’lam Bishshowaf. (*)